Jumat, 19 Agustus 2011

Buku: KEMANA SEHARUSNYA ANDA BEROBAT? - (BUKU HERBAL)

Buku: KEMANA SEHARUSNYA ANDA BEROBAT? - (BUKU HERBAL)


KEMANA SEHARUSNYA ANDA BEROBAT?

Terdapat beberapa hal yang mendorong penulis untuk menyusun buku kecil ini. Pertama, keprihatinan tentang maraknya pengobatan-pengobatan alternatif yang tidak sesuai dengan syari‘at Islam. Bahkan pada beberapa sisi sangat bertentangan dengan aqidah dan tauhid kita sebagai seorang muslim. Banyak di antara kaum muslimin yang tidak mempedulikan hal ini. Karena yang penting bagi mereka adalah sembuh dari penyakit badan atau jasmani; meskipun setelah itu agama dan hati menjadi sakit, serta tauhid mereka menjadi rusak. Yang lebih parah lagi, pengobatan model ini ternyata banyak peminatnya; diiklankan di media massa dengan pelbagai macam bentuknya, tanpa ada tindakan tegas dari pihak-pihak yang berwenang dalam masalah ini.

Masalah kedua yang mendorong penulis untuk menulis buku ini adalah maraknya pengobatan-pengobatan alternatif yang mengatasnamakan thibbun nabawi dan sejenisnya. Sebagai seorang muslim yang beriman kepada Rasulullah, tentu hal ini merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan karena merupakan salah satu bentuk penjagaan terhadap sunnah Nabi.

Akan tetapi sayangnya, beberapa di antara rekan-rekan penulis yang saat ini menimba ilmu di Fakultas Kedokteran, ternyata masih ada yang belum mengenal bentuk-bentuk pengobatan seperti ini, misalnya bekam(al-hijâmah). Beberapa kali penulis mendapat pertanyaan, “Bekam itu seperti apa?” Padahal -seperti yang akan diuraikan nanti dalam buku ini-, bentuk pengobatan dengan bekam ini ternyata sudah populer di negara-negara Barat bahkan sudah ada yang melakukan penelitian ilmiah yang terkait dengan efek bekam. Sehingga, hal ini cukup membuat penulis prihatin.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan beberapa bentuk pengobatan ini disertai dengan tinjauan-tinjaun ilmiah yang telah penulis ketahui. Karena penulis menyadari bahwa orang-orang yang terbiasa berpikir ilmiah –baik dari kalangan mahasiswa ataupun kalangan akademisi yang lain– tentu membutuhkan pembuktian-pembuktian ilmiah dalam menilai efektivitas suatu bentuk terapi. Hal ini juga sekaligus untuk menjawab keragu-raguan atau sinisme sebagian orang terhadap pengobatan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah.

Karena beberapa buku yang membahas tentang thibbun nabawi sebagian besar hanya mengutip pernyataan-pernyataan ilmuwan muslim dalam menjelaskan keefektifannya –sumber referensinya pun kurang dapat dipertanggungjawabkan–, maka hal itu masih menimbulkan tanda tanya besar bagi orang-orang yang terbiasa berpikir ilmiah –yang tidak dapat percaya begitu saja dengan segala informasi yang didapatkan kecuali setelah mendapatkan sumber referensi yang jelas–. Oleh karena itu, dalam buku ini sumber referensi yang mencantumkan hasil-hasil penelitian ilmiah terkait dengan thibbun nabawi penulis cantumkan dengan jelas pada bagian daftar pustaka. Dengan harapan para pembaca dapat langsung merujuk ke sumber-sumber referensi tersebut apabila masih muncul keragu-raguan.

Di sisi lain, penulis juga mendapati bahwa thibbun nabawi –salah satu contohnya adalah bekam– di Indonesia ini belum dianggap oleh sebagian besar praktisi medis. Kondisi yang sangat berbeda terjadi di Amerika yang telah memasukkan bekam ke dalam salah satu kurikulum pada Fakultas Kedokteran di sana. Padahal, kita adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Lalu, mengapa mereka lebih menghormati bekam daripada kita? Inilah yang mendorong penulis untuk melakukan pencarian tentang penelitian-penelitian ilmiah yang telah dipublikasikan dalam jurnal-jurnal internasional tentang bekam, madu, dan habbatus sauda’ agar dapat membuka mata hati kita semua. Karena ternyata rahasia ilmiah tentang pengobatan Nabi ini sedikit banyak mulai terkuak.

Satu hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah, hal ini tidaklah berarti kita ingin “mengadili” pengobatan yang diajarkan oleh Rasululllah –yang berdasarkan wahyu dari Allah– dengan dasar-dasar atau pembuktian ilmiah. Hal ini dikarenakan tidak semua wahyu dapat dijangkau oleh akal manusia yang lemah, atau belum semua pengobatan yang diajarkan Nabi telah dapat diterima atau dibuktikan secara ilmiah. Meskipun kita juga tidak bisa menyimpulkan bahwa pengobatan yang diajarkan Nabi tidak ilmiah sama sekali. Karena hal ini adalah kesimpulan yang sangat terburu-buru. Dan kalaulah ada bukti-bukti ilmiah yang bertentangan dengan hadits Nabi, maka yang perlu dipertanyakan adalah bukti-bukti ilmiah tersebut, bukan hadits Nabi. Karena bisa saja proses pembuktiannya tersebut ada bagian yang keliru, salah memasukkan data, ada proses penelitian yang salah namun tidak disadari oleh penelitinya, dan kemungkinan-kemungkinan yang lainnya.

Sehingga, apa yang disampaikan di sini adalah bukan dalam rangka menimbulkan keragu-raguan terhadap apa yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad. Namun, apa yang kita lakukan saat ini adalah dalam rangka memantapkan pemahaman dan keyakinan dalam hati terhadap pengobatan yang telah diajarkan oleh Rasulullah.

Selain itu, melakukan penelitian-penelitian ilmiah terhadap pelbagai bentuk pengobatan yang diajarkan oleh Nabi justru merupakan salah satu bentuk penjagaan dan pembelaan terhadap sunnah Nabi itu sendiri. Karena yang diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah masih bersifat global, dan membutuhkan perincian-perincian. Misalnya, bagaimana bentuk bekam yang paling efektif untuk pasien dengan penyakit X? Bagaimana frekuensi pembekamannya, berapa lama jangka waktunya, di titik mana yang efektif, berapa banyak volume darah yang harus dikeluarkan setiap kali pembekaman, apakah ada kemungkinan efek sampingnya, dan bagaimana cara mencegahnya? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu tidaklah selalu dapat dijawab dengan mudah, dan hendaknya tidak dijawab dengan kira-kira atau praduga semata.

PENULIS: dr. MUHAMMAD SAIFUDIN HAKIM

Harga : Rp.51.000,-
Berat Produk : 300 gram

Tidak ada komentar:

Posting Komentar